KHUSNUL KHOLIFAH (TF-4/103611007)
Selasa, 20 Maret 2012
PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIA
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dari masa ke
masa kurikulum yang terdapat di setiap negara berubah. Hal ini menurut sebagian
pakar disebabkan karena kebutuhan masyarakat yang berkembang dan di samping itu
kondisi dan tuntutan zaman pun berubah. Untuk menyesuaikan dengan zaman,
kurikulum pun mengalami perkembangan. Perkembangan itu pun terjadi pada kurikulum
di Negara Indonesia.
Sebagai
sebuah Negara yang memiliki tujuan berdiri, kurikulum ini dirasa sangat penting
untuk kemudian mengiringi kemajuan Negara. Karenanya, perkembangan
kurikulum ini dianggap menjadi penentu masa depan anak bangsa. Sebagai bangsa yang
pernah di jajah, tidak sedikit Negara ini akan terpengaruh oleh kurikulum
pendidikan dari Negara yang dulu pernah menjajah Indonesia. Penting untuk
kemudian dikaji untuk mengetahui bahwa Negara kita saat ini kurikulumnya masih
berkaitan dengan kepentingan penjajah dulu. Setidaknya, ketika fisik penjajah
itu pergi, mereka sejatinya tetap ada melalui kurikulum yang diturunkan pada
Negara bekas jajahan.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah :
II. PEMBAHASAN
Adapun
perlembangan kurikulum di Indonesia dapat dibagi dalam beberapa fase, sebagai berikut:
A.
Periode sebelum tahun 1945
1.
Kurikulum pada masa VOC
Kurikulum sekolah-sekolah selama VOC bertalian erat dengan gereja. Menurut
Hereen XVII, badan tertinggi VOC di negeri Belanda yang terdiri atas 17
orang anggota, tahun 1617, gubernur di Indonesia harus
menyebarluaskan agama Kristen dan mendirikan sekolah untuk tujuan itu. Menurut
peraturan sekolah 1643 tugas guru adalah memupuk rasa takut kepada Tuhan ,
mengajarkan dasar agama Kristen , mengajak anak berdoa, bernyanyi , pergi ke
gereja, mematuhi orang tua, penguasa, dan guru-guru. Walaupun tak ada kurikulum
yang ditentukan biasanya sekolah menyajikan pelajaran tentang ketekismus,
agama, juga membaca , menulis dan menyanyi. Demikian pula tidak ditentukan lama
belajar. Peraturan hanya menentukan bahwa anak pria lebih dari usia 16 tahun
dan anak wanita lebih dari 12 tahun hendaknya jangan dikeluarkan dari sekolah.
Pembagian dalam 3 kelas untuk pertama kali dimulai pada tahun 1778. Di kelas 3,
kelas terendah, anak-anak belajar abjad, di kelas 2 membaca, menulis, dan
bernyanyi dan di kelas 1, kelas tertinggi: membaca, menulis, katekismus,
bernyanyi dan berhitung.
2. Kurikulum Sebelum 1892 (Sebelum Reorganisasi)
Sebelum 1892, Sekolah rendah tidak mempunyai kurikulum yang uniform,
walaupun dalam peraturan 1871 ada petunjuk yang menentukan kegiatan sekolah.
Ada 4 mata pelajaran yang diharuskan , yakni membaca, menulis, bahasa (bahasa
daerah dan bahasa Melayu), dan berhitung. Bahasa pengantar yang
digunakan adalah bahasa Melayu. Adapun mengenai pelajaran Agama, tidak di
ajarkan. Seperti halnya di Belanda pada masa liberal. Statuta 1874 menyatakan
pengajaran agama dilarang di sekolah pemerintah, akan tetapi ruang kelas dapat
digunakan untuk itu di luar jam pelajaran.
3. Kurikulum Setelah 1892 ( Setelah Reorganisasi)
3. Kurikulum Setelah 1892 ( Setelah Reorganisasi)
Kurikulum sekolah ini, seperti ditentukan dalam peraturan 1893 terdiri atas
pelajaran membaca dan menulis dalam bahasa daerah dalam huruf daerah dan latin,
membaca dan menulis dalam bahasa Melayu, berhitung, ilmu bumi Indonesia, ilmu alam,
sejarah pulau tempat tinggal, menggambar dan mengukur tanah. Lama pelajaran
diperpanjang dari 3 menjadi 5 kelas. Sekolah dibagi dalam 5 kelas yang terpisah
sehingga sekolah beruangan satu lambat laun lenyap. Sekolah Kelas Satu tidak
menjadi populer di kalangan Priayi, karena tidak memberikan pelajaran bahasa
Belanda. Akhirnya, pada tahu 1907 bahasa Belanda dimasukkan ke dalam
program Sekolah kelas Satu dan lama studi diperpanjang menjadi 6 tahun. Akan
tetapi, perubahan itu tetap tidak menjadikan Sekolah Kelas Satu populer, ia
tetap menjadi terminal tanpa kesempatan melanjutkan pelajaran. Kelemahannya jelas
Nampak bila dibandingkan dengan ELS (Europese
Lagere School) dan HCS (Holland
Chinese School) . Dirasakan adanya diskriminasi terhadap anak Indonesia karena
anak-anak Cina di HCS diberi pelajaran dalam bahasa Belanda selama 7 tahun.
Barulah ketika tahun 1912 bahasa Belanda diajarkan mulai kelas 1 dan lama studi
diperpanjang selama 7 tahun. Lambat laun Sekolah Kelas Satu menyamai
sekolah-sekolah yang tersedia bagi golongan bangsa lain, akan tetapi masih
mempunyai kelemahan karena tidak membuka kesempatan untuk melanjutkan
pelajaran. Perkembangan Kurikulum.
4. Kurikulum Sekolah Kelas Dua
4. Kurikulum Sekolah Kelas Dua
Disebut Sekolah Kelas Dua karena orang-orang yang sekolah di sana khusus
sebagian kecil rakyat. Sekolah ini akan mempersiapkan berbagai ragam pegawai
rendah untuk kantor pemerintah dan perusahaan swasta. Di samping itu juga
untuk mempersiapkan guru bagi Sekolah Desa. Sekolah ini mempunyai
kurikulum yang sangat sederhana dikarenakan sekolah ini pada mulanya untuk
seluruh rakyat Indonesia walaupun dalam perkembangannya kemudian lebih spesifik
lagi. Program Sekolah Kelas Dua ini sama dengan program Sekolah kelas
Satu kelas 1-3. Perlu diketahui, Reorganisasilah yang menyebabkan dua jenis
sekolah ini, Sekolah Kelas Satu terutama bagi anak golongan atas dan Sekolah
Kelas Dua untuk orang biasa.
5. Kurikulum Volk School
5. Kurikulum Volk School
Kurikulum ini sangat sederhana. Kurikulum ini muncul seiring dengan
kebutuhan rakyat yang pada saat itu banyak buta huruf dan tidak bisa berhitung.
Akan tetapi, sekolah ini tetap saja dirasa tidak memenuhi keinginan murid untuk
melanjutkan pelajarannya. Banyak anak-anak dari sekolah ini yang ingin
dipindahkan ke Sekolah Kelas Dua. Pada akhirnya, sekolah desa ini menjadi sub-struktur
dari Sekolah Kelas Dua dengan mengadakan perbaikan kurikulum Sekolah
Desa.
6. Kurikulum ELS (Europese Lagere School)
Setelah Hindia Belanda diterima kembali dari tangan Inggris pada tahun
1816 oleh para Komisariat Jenderal , maka pendidikan ditanggapi secara lebih
sungguh-sungguh. Akan tetapi kegiatan mereka hanya terfokus pada anak-anak
berdarah Belanda. Sekolah Belanda ini sejak mulanya dimaksudkan agar sama
dengan Netherland, walaupun terdapat perbedaan tentang muridnya, khususnya pada
permulaannya. Kurikulum terdiri atas pelajaran membaca, menulis ,
berhitung, bahasa Belanda, sejarah, ilmu bumi dan mata pelajaran lainnya.
Sedangkan pelajaran agama ditiadakan. Pada tahun 1868 bahasa Prancis diajarkan
dan merupakan syarat untuk masuk ke sekolah Belanda.
7. Kurikulum
HCS (Holland Chinese School)
HCS mempunyai dasar yang sama dengan ELS. Bahasa Prancis biasanya diajarkan
pada sore hari seperti halnya dengan bahasa Inggris, yang
sebenarnya tidak diberikan kepada ELS, nemun diajarkan berhubung dengan
kepentingan bagi perdagangan. Kurikulum dan buku pelajarannya pun sama dengan
ELS.
8. Kurikulum
HIS (Holland Inlandse School)
Pendirian HIS pada prinsipnya dikarenakan keinginan yang kian menguat di
kalangan orang Indonesia untuk memperoleh pendidikan, khususnya pendidikan
Barat. Kurikulum HIS seperti yang tercantum dalam Statuta 1914 No. 764 meliputi
semua mata pelajaran. Lulusannyapun akhirnya bisa melanjutkan ke STOVIA (School tot Opleiding van Indisce Artsen,
Sekolah “Dokter Djawa”) dan MULO. Selain itu mereka memasuki Sekolah Guru,
Sekolah Normal, Sekolah Teknik, Sekolah Tukang, Sekolah Pertanian, Sekolah
Menteri Ukur, dan lain-lain.
9. Kurikulum MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs)
Dengan
program yang diperluas. MULO merupakan sekolah pertama yang tidak mengikuti
pola pendidikan Belanda, namun tetap berorientasi ada Barat dan tidak mencari
penyesuaian dengan keadaan Indonesia. Programnya terdiri atas empat bahasa
yakni, Belanda, Prancis, Inggris dan Jerman. Kursus
MULO ini dibuka pada tahun 1903. Kursus ini dimaksud sebagai sekolah rendah .
10.
Kurikulum HBS (Hogere Burger School)
Kurikulum HBS di Indonesia tak sedikit pun berbeda dengan yang ada di
negeri Belanda. Kurikulum ini dirasa mantap tanpa mengalami banyak perubahan.
Apa yang diajarkan tampaknya universal. Bahannya pun dapat berubah disesuaikan
dengan perkembangan ilmu pengetahuan, namun mata pelajarannya tetap sama. Siswa
HBS harus mempunyai bakat yang tinggi dalam IPA , matematika ataupun bahasa.
Dan untuk gurunya pun, hanya mereka yang memperoleh gelar Ph.D (Doktor) atau
diploma yang boleh mengajar. Dengan demikian ini dapat mencapai taraf yang sama
dengan sekolah yang terdapat di Netherland.
(Masa
Kemerdekaan dan Pemerintahan Orde Lama)
1. Kurikulum 1947, Rentjana
Pelajaran 1947
Kurikulum pertama yang lahir pada masa kemerdekaan memakai istilah dalam
bahasa Belanda leer plan artinya
rencana pelajaran, istilah ini lebih popular disbanding istilah curriculum (bahasa
Inggris). Perubahan arah pendidikan lebih bersifat politis, dari orientasi
pendidikan Belanda ke kepentingan nasional. Sedangkan asas pendidikan ditetapkan
Pancasila. Kurikulum yang berjalan saat itu dikenal dengan sebutan Rentjana
Pelajaran 1947, yang baru dilaksanakan pada tahun 1950. Sejumlah kalangan
menyebut sejarah
perkembangan kurikulum diawali dari Kurikulum 1950.Bentuknya memuat dua hal
pokok:
·
Daftar mata pelajaran dan jam pengajarannya,
·
Garis-garis besar pengajaran.
Pada saat itu, kurikulum pendidikan di Indonesia masih dipengaruhi sistem pendidikan kolonial Belanda dan Jepang, sehingga hanya meneruskan yang pernah digunakan sebelumnya. Rentjana Pelajaran 1947 boleh dikatakan sebagai pengganti sistem pendidikan kolonial Belanda. Karena suasana kehidupan berbangsa saat itu masih dalam semangat juang merebut kemerdekaan maka pendidikan sebagai development conformism lebih menekankan pada pembentukan karakter manusia Indonesia yang merdeka dan berdaulat dan sejajar dengan bangsa lain di muka bumi ini. Orientasi Rencana Pelajaran 1947 tidak menekankan pada pendidikan pikiran. Yang diutamakan adalah : pendidikan watak, kesadaran bernegara dan bermasyarakat. Materi pelajaran dihubungkan dengan kejadian sehari-hari, perhatian terhadap kesenian dan pendidikan jasmani.
2.
Kurikulum 1952, Rentjana Pelajaran Terurai 1952
Setelah Rentjana Pelajaran 1947, pada tahun 1952 kurikulum di Indonesia mengalami penyempurnaan. Kurikulum ini lebih merinci setiap mata pelajaran yang kemudian diberi nama Rentjana Pelajaran Terurai 1952. Kurikulum ini sudah mengarah pada suatu sistem pendidikan nasional. Yang paling menonjol dan sekaligus ciri dari kurikulum 1952 ini bahwa setiap rencana pelajaran harus memperhatikan isi pelajaran yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Silabus mata pelajarannya menunjukkan secara jelas bahwa seorang guru mengajar satu mata pelajaran, (Djauzak Ahmad, Dirpendas periode1991-1995).
Setelah Rentjana Pelajaran 1947, pada tahun 1952 kurikulum di Indonesia mengalami penyempurnaan. Kurikulum ini lebih merinci setiap mata pelajaran yang kemudian diberi nama Rentjana Pelajaran Terurai 1952. Kurikulum ini sudah mengarah pada suatu sistem pendidikan nasional. Yang paling menonjol dan sekaligus ciri dari kurikulum 1952 ini bahwa setiap rencana pelajaran harus memperhatikan isi pelajaran yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Silabus mata pelajarannya menunjukkan secara jelas bahwa seorang guru mengajar satu mata pelajaran, (Djauzak Ahmad, Dirpendas periode1991-1995).
3.
Kurikulum 1964, Rentjana Pendidikan 1964
Usai tahun
1952, menjelang tahun 1964, pemerintah kembali menyempurnakan sistem kurikulum
di Indonesia. Kali ini
diberi nama Rentjana Pendidikan 1964. Pokok-pokok pikiran kurikulum 1964
yang menjadi ciri dari kurikulum ini adalah bahwa pemerintah mempunyai
keinginan agar rakyat mendapat pengetahuan akademik untuk pembekalan pada
jenjang SD, sehingga pembelajaran dipusatkan
pada program Panca Wardhana(Hamalik, 2004), yaitu pengembangan moral,
kecerdasan, emosional/artistik, keprigelan,dan jasmani. Ada yang menyebut Panca
Wardhana berfokus pada pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya, dan moral.
Mata pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang studi: moral,
kecerdasan, emosional/artistik, keprigelan (keterampilan), dan jasmaniah.
Pendidikan dasar lebih menekankan pada pengetahuan dan kegiatan fungsional
praktis.
C. Periode Tahun 1968 Sampai Tahun 1999
(Masa
Pemerintahan Orde Baru) Perkembangan
Kurikulum
1.
Kurikulum 1968
Kelahiran Kurikulum 1968 bersifat politis, mengganti Rencana Pendidikan
1964 yang dicitrakan sebagai produk Orde Lama. Dari segi tujuan pendidikan,
Kurikulum 1968 bertujuan bahwa pendidikan ditekankan pada upaya untuk membentuk
manusia Pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani, mempertinggi kecerdasan dan
keterampilan jasmani,moral, budi pekerti, dan keyakinan beragama. Dalam
kurikulum ini tampak dilakukannya perubahan struktur kurikulum pendidikan dari
Panca Wardhana menjadi pembinaan jiwa Pancasila, pengetahuan dasar, dan
kecakapan khusus. Kurikulum 1968 merupakan perwujudan dari perubahan orientasi
pada pelaksanaan UUD 1945 secara
murni dan konsekuen. Kurikulum 1968 menekankan pendekatan organisasi
materi pelajaran:kelompok pembinaan Pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan
khusus. Mata pelajaran dikelompokkan menjadi 9 pokok. Djauzak menyebut Kurikulum
1968 sebagai kurikulum bulat. "Hanya memuat mata pelajaran pokok
saja," . Muatan materi pelajaran bersifat teoritis, tidak mengaitkan
dengan permasalahan faktual di lapangan. Titik beratnya pada materi apa
saja yang tepat diberikan kepada siswa di setiap jenjang pendidikan. Isi
pendidikan diarahkan pada kegiatan mempertinggi kecerdasan dan keterampilan,
serta mengembangkan fisik yang sehat dan kuat.
2.
Kurikulum 1975
Kurikulum 1975 menekankan pada
tujuan, agar pendidikan lebih efektif dan efisien. Menurut Drs Mudjito; Ak; M.Si
(Direktur Pemb. TK dan SD Depdiknas).
yang melatar belakangi lahirnya kurikulum ini adalah pengaruh konsep di
bidang manajemen, yaitu MBO (management
by objective) yang terkenal saat itu," Metode, materi,
dan tujuan pengajaran dirinci dalam Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional
(PPSI), yang dikenal dengan istilah "satuan pelajaran", yaitu rencana
pelajaran setiap satuan bahasan.Setiap satuan pelajaran dirinci menjadi :
tujuan instruksional umum (TIU), tujuan instruksional khusus (TIK), materi
pelajaran, alat pelajaran, kegiatan belajar-mengajar,dan evaluasi. Kurikulum
1975 banyak dikritik. Guru dibuat sibuk menulis rincian apa
yang akan dicapai dari setiap kegiatan pembelajaran.
3. Kurikulum 1984
Kurikulum 1975 yang Disempurnakan Kurikulum 1984 mengusung process skill approach. Meski
mengutamakan pendekatan proses,
tapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga sering disebut
"Kurikulum1975 yang disempurnakan". Posisi siswa ditempatkan sebagai
subjek belajar. Dari mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga
melaporkan. Model ini disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student Active Learning (SAL).
CBSA merupakan suatu upaya dalam pembaharuan pendidikan dan pembelajaran pada saat
itu. Pendekatannya
menitikberatkan pada keaktifan siswa yang merupakan inti dari kegiatan
belajar. Dalam CBSA kegiatan belajarnya diwujudkan dalam berbagai bentuk
kegiatan seperti mendengarkan, berdiskusi, membuat sesuatu, menulis laporan,
memecahkan masalah, membentuk gagasan, menyusun rencana dan sebagainya. Adapun
kegiatan yang dilakukan guru adalah sebagai berikut:
2.
Menyusun tugas bersama siswa
3.
Memberikan informasi tentang kegiatan yang akan di
susun.
4.
Memberikan bantuan dan pelayanan apabila siswa
mendapat kesulitan
5.
Menyampaikan pertanyaan yang bersifat asuhan
6.
Membantu mengarahkan rumusan kesimpulan umum.
7.
Memberikan bantuan dan pelayanan khusus kepada siswa
yang lamban
8.
Menyalurkan bakat dan minat siswa
9.
Mengamati setiap aktivitas siswa.
Tokoh penting dibalik lahirnya Kurikulum 1984 adalah Profesor Dr. Conny R.
Semiawan, Kepala Pusat Kurikulum Depdiknas periode 1980-1986.Konsep CBSA yang
elok secara teoritis dan bagus hasilnya di sekolah-sekolah yang diujicobakan,
mengalami banyak deviasi dan reduksi saat diterapkan secara nasional. Sayangnya,
banyak sekolah kurang mampu menafsirkan CBSA. Yang terlihat adalah suasana
gaduh di ruang kelas lantaran siswa berdiskusi, di sana-sini ada tempelan
gambar, dan yang mencolok guru tak lagi mengajar model berceramah. Akhirnya
penolakan CBSA bermunculan.
3. Kurikulum 1994 dan Suplemen
Kurikulum 1999 Perkembangan Kurikulum
Kurikulum 1994 merupakan hasil upaya untuk memadukan kurikulum-kurikulum sebelumnya,
terutama kurikulum 1975 dan 1984. Sayang, perpaduan antara tujuan dan proses
belum berhasil. Sehingga banyak kritik berdatangan, disebabkan oleh beban
belajar siswa dinilai terlalu berat, dari muatan nasional sampai muatan lokal.
Materi muatan lokal disesuaikan dengan kebutuhan daerah masing-masing, misalnya
bahasa daerah kesenian, keterampilan daerah, dan lain-lain. Berbagai
kepentingan kelompok-kelompok masyarakat juga mendesak agar isu-isu tertentu
masuk dalam kurikulum. Akhirnya, Kurikulum 1994
menjelma menjadi kurikulum super padat. Kejatuhan rezim Soeharto pada 1998,
diikuti kehadiran Suplemen Kurikulum 1999. Tapi perubahannya lebih pada
menambal sejumlah materi.
III.
KESIMPULAN
- Perkembangan Kurikulum di Indonesia dapat dibedakan menjadi kurikulum sebelum tahun 1945 dan setelah tahun 1945.
- Kurikulum sebelum tahun 1945 meliputi Kurikulum pada masa VOC, Kurikulum Sebelum 1892 (Sebelum Reorganisasi). Kurikulum Setelah 1892 ( Setelah Reorganisasi), Kurikulum Sekolah Kelas Dua, Kurikulum Volk School, Kurikulum ELS (Europese Lagere School), Kurikulum HCS (Holland Chinese School), Kurikulum HIS (Holland Inlandse School), Kurikulum MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs), dan Kurikulum HBS (Hogere Burger School)
- Kurikulum setelah tahun 1945 meliputi : Kurikulum 1947, Kurikulum 1952, Rentjana Pelajaran Terurai 1952, Kurikulum 1964, Rentjana Pendidikan 1964, Kurikulum 1984, Kurikulum 1994 dan Suplemen Kurikulum 1999, Kurikulum 2004, KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi), Kurikulum 2006, KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan).
Sumber:
http://Telaah%20Kurikulum%20Fisika%20SMP/perkembangan-kurikulum-di-indonesia.html. (dengan pengubahan dan pengeditan seperlunya)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar