Minggu, 27 Mei 2012

Bahan Ajar IPA


GAYA
1.1. Gaya dan Jenis-jenis Gaya
Jika kamu perhatikan dengan saksama, banyak benda-benda yang ada di sekelilingmu tidak pernah diam. Di kota-kota besar terlihat berbagai jenis kendaraan berlalu lalang di jalan raya. Di udara pesawat terbang melesat dari suatu tempat ke tempat lainnya. Bahkan di sungai atau di laut pun perahu-perahu melesat di permukaan air. Kamu tentu tahu bahwa kendaraan-kendaraan tersebut dikendalikan oleh mesin sehingga menghasilkan gaya, baik berupa dorongan atau tarikan, untuk menggerakkan kendaraan itu. Akan tetapi, bagaimanakah mesin menghasilkan gaya sehingga kendaraan dapat bergerak?
Selain itu, bagaimana dengan gerakan benda-benda dan gejala-gejala yang ada di alam? Mengapa angin bertiup dan air sungai mengalir? Mengapa bulan mengelilingi bumi dan bumi mengelilingi matahari? Apakah semua benda tersebut ditarik atau didorong dengan gaya?

A.    Pengertian Gaya
Pernahkah kamu bermain ayunan? Bagaimanakah usahamu agar ayunan dapat berayun tinggi? Tentu kamu harus menggerakkan kaki dan badan sehingga ayunan dapat melayang semakin tinggi. Gerakan kaki dan badanmu adalah usaha dalam memberikan dorongan atau tarikan pada ayunan agar tetap berayun.
Ketika kamu menarik buku dan mendorong pensil di atas mejamu, ternyata buku dan pensil bergerak atau berpindah tempat. Begitu pula ketika kamu menarik kedua ujung penggarismu, tarikan mengubah bentuk penggaris menjadi melengkung. Tarikan dan dorongan yang kamu berikan pada benda disebut gaya. Apakah gaya yang kamu berikan memiliki arah? Tentu, gaya memiliki arah. Ketika kamu mendorong ke depan, benda pun akan bergerak ke depan. Jadi, gaya dapat dikatakan sebagai tarikan atau dorongan.
Gaya dapat menyebabkan sebuah benda berubah bentuk, berubah posisi, berubah kecepatan, berubah panjang atau volume, dan juga berubah arah. Sebuah gaya disimbolkan dengan huruf F singkatan dari Force.
Satuan gaya dalam Satuan Internasional (SI) adalah Newton (N) yang merupakan penghormatan bagi seorang ilmuwan Fisika Inggris bernama Sir Isaac Newton (1642-1727).

B.    Jenis-Jenis Gaya
Tuhan telah memberikan anugerah kepada kamu berupa otot sehingga setiap saat kamu dapat melakukan kerja. Misalnya mandi, makan, menulis, minum, atau mengangkat benda-benda. Semua kegiatan tersebut kamu lakukan dengan memberi tarikan dan dorongan pada benda-benda itu sehingga dapat berubah bentuk, kecepatan, panjang, atau arah. Ketika kamu mendorong sebuah mobil, kamu telah memberikan gaya. Dorongan tersebut menyebabkan mobil dapat bergerak dan berpindah tempat.
Gaya dibedakan menjadi dua jenis, yaitu gaya yang bekerja melalui sentuhan langsung dan gaya yang bekerja tidak melalui sentuhan langsung. Gaya yang bekerja melalui sentuhan langsung disebut gaya sentuh, sedangkan gaya yang bekerja tidak melalui sentuhan langsung disebut gaya tak sentuh. Adapun pengaruh gaya pada benda, antara lain dapat menggerakkan benda serta mengubah bentuk, kecepatan, dan arah gerak benda.

C.    Mengukur Gaya
Ketika kamu memberikan tarikan atau dorongan pada sebuah benda, tentu kamu tidak tahu seberapa besar tarikan atau dorongan yang kamu berikan. Untuk dapat mengetahui besar gaya yang kamu berikan, diperlukan suatu alat ukur. Alat ukur gaya yang paling sederhana dan dapat mengukur secara langsung adalah neraca pegas (dinamometer).

D.    Penjumlahan Gaya dan Pengaruhnya pada Benda
Apakah gaya memiliki arah? Coba kamu jatuhkan sebuah benda. Apakah yang terjadi? Ke arah manakah benda tersebut jatuh? Tariklah sebuah benda di mejamu. Ke manakah benda itu bergerak? Coba belokkan arah tarikanmu. Apakah arah gerak benda juga mengikuti gaya tariknya? Dari contoh tersebut, kamu dapat menyimpulkan bahwa gaya termasuk besaran yang memiliki nilai dan arah yang kamu kenal dengan besaran vektor. Sebuah besaran gaya dapat digambarkan dengan sebuah anak panah.

E.    Gaya Gesek
Alangkah menyenangkan apabila kamu ke sekolah naik sepeda. Selain hemat biaya, kamu juga sehat karena berolah raga. Tetapi, kamu harus hati-hati karena banyak kendaraan di jalan raya. Ketika kamu sampai ke sekolah, tentu kamu akan menarik rem tangan agar sepeda tersebut dapat berjalan perlahan, lalu akhirnya berhenti.
Mengapa ketika kamu menarik rem, sepedamu dapat berhenti? Tentu ada tarikan atau dorongan yang berlawanan dengan arah gerakmu sehingga sepedamu berhenti. Di manakah itu terjadi? Ternyata, dorongan atau tarikan itu terjadi sebagai hasil gesekan antara karet rem dan pelek pada roda sepeda yang bergesekan. Gaya seperti ini disebut gaya gesek. Gaya gesek termasuk gaya sentuh karena hasil persentuhan langsung dua permukaan yang bergesekan.
Gaya gesek terjadi akibat dua permukaan benda saling bergesekan. Arah gaya gesek selalu melawan kecenderungan geraknya. Arah gaya gesek melawan gaya tariknya. Besarnya gaya gesek akan selalu sama dengan gaya tariknya ketika benda belum bergerak.
Gaya gesek tersebut dinamakan dengan gaya gesek statis. Jika kamu menarik dengan gaya 10 N dan balok tepat akan bergerak, besar gaya gesek adalah 10 N dan disebut dengan gaya gesek statis maksimum. Ketika kamu menariknya dengan gaya 6 N dan balok belum bergerak, besarnya gaya gesek statis adalah 6 N (belum mencapai maksimal).

1.     Mengurangi Gaya Gesek
Besarnya gaya gesek bergantung pada kekasaran permukaan benda yang bergesekan. Semakin kasar permukaan yang bergesekan, semakin besar pula gaya geseknya. Itulah yang menyebabkan kamu harus memakai alas sepatu yang bergerigi agar kamu dapat berjalan dengan mantap. Gaya gesek pun dapat terjadi di udara dan di air. Keadaan inilah yang membuat motor boat atau pesawat terbang selalu dirancang runcing di bagian depannya. Hal tersebut dilakukan untuk mengurangi gaya gesek air atau udara.
Pernahkah kamu berpikir mengapa sepedamu atau mobilmu menggunakan roda? Apakah manfaatnya? Perkembangan ilmu dan teknologi sedikit demi sedikit telah membantu manusia untuk mengetahui bagaimana cara mempermudah usaha.
Salah satunya adalah memperkecil gaya gesek dengan menggunakan roda. Pada perkembangannya roda terbuat dari batu, lalu kayu sampai akhirnya terbuat dari ban karet pada zaman sekarang.

2.     Gaya Gesek yang Menguntungkan dan Merugikan
Dalam kehidupan sehari-hari kamu tentu mengenal bahwa gaya gesek ada yang menguntungkan dan ada pula yang merugikan. Menguntungkan dan merugikannya gaya gesek bergantung pada keadaan. Misalnya, apabila kamu sedang berjalan, kamu tentu memilih permukaan yang kasar. Mengapa? Karena kamu akan kesulitan apabila berjalan di jalan yang licin. Dalam kejadian ini, gaya gesek menguntungkan bagi manusia. Mengapa ban mobil dibuat bergerigi? Tentu hal ini dibuat supaya mobil dapat bergerak dengan baik. Pada kejadian ini pun gaya gesek sangat menguntungkan. Namun, apabila jalannya terlalu kasar, ban mobil akan cepat habis sehingga hal ini merugikan secara ekonomi.
Roda gigi sepedamu harus terus dipelihara dengan cara memberinya pelumas. Mengapa hal itu kamu lakukan? Pada peristiwa tersebut gaya gesek merugikan atau menguntungkan? Apabila roda gigimu penuh karat, kamu akan sulit mengayuh sepeda. Hal tersebut membuktikan gaya gesek sangat merugikan sehingga untuk memperkecil gaya gesek kamu harus memberinya pelumas.

Hukum Newton
1.     Hukum I Newton
Ilmuwan terkenal Yunani, Aristoteles, mengatakan bahwa gerak selalu disebabkan oleh gaya (berupa tarikan atau dorongan). Gerobak bergerak karena ditarik oleh seekor kuda, kapal layar bergerak karena didorong oleh angin. Jadi, gerak selalu disebabkan oleh gaya luar yang bekerja pada benda. Jika pada benda yang bergerak sama sekali tidak ada gaya luar yang bekerja maka suatu waktu benda akan kembali ke keadaan alaminya, yaitu diam. Benda tidak mungkin terus bergerak karena dirinya sendiri.
a.     Haruskah gaya luar diberikan agar benda terus bergerak?
Pertanyaan ini mengusik benak Galileo. Untuk memperoleh jawabannya, dia melakukan pengujian. Dia membuat suatu lintasan lengkung yang cukup licin. Kemudian, dia menjatuhkan sebuah bola pada lintasan lengkung tersebut. Dia mengamati bola bergerak turun dan mendaki lengkungan kanan sampai hampir sama dengan ketinggiannya semula (Gambar 1.33.a). apa yang terjadi jika sudut kemiringan lintasan kanan diperkecil? Ternyata, untuk mencapai ketinggiannya semula, bola akan menempuh jarak yang lebih jauh (Gambar 1.33b). bagaimana jika lintasan kanan dibuat mendatar? Ternyata, bola menempuh jarak yang sangat jauh dengan kelajuan yang hampir tetap (Gambar 1.33c).
Mengapa bola yang bergerak pada bidang mendatar pada Gambar 1.33c akhirnya berhenti? Galileo menyatakan bahwa bola diberhentikan oleh gaya gesekan (baik gesekan oleh permukaan bidang dengan bola maupun gesekan oleh udara). Jika gesekan udara dan gesekan antarpermukaan diabaikan (tidak ada) maka tidak ada gaya yang bekerja pada bola, dan gerak bola dengan kelajuan tetap pada lintasan lurus dapat terus dipertahankan tanpa memerlukan gaya luar.
Isaac Newton mengkaji ulang pengamatan dan kesimpulan Galileo. Dari sini ia menyatakan hukum gerak pertamanya, yang disebut hukum I Newton. Dari terjemahan buku asli Newton, Principia, hukum I Newton berbunyi sebagai berikut.

(a)                                         (b)                                                    (c)

Gambar 1.33 (a) sebuah bola yang menuruni lengkungan kiri akan mendaki lengkungan kanan sampai ketinggiannya semula. (b) begitu sudut kemiringan lengkungan kanan dikurangi, bola harus menempuh jarak yang lebih jauh untuk sampai ke ketinggiannya semula. (c) begitu lengkungan kanan mendatar maka bola akan menempuh jarak sangat jauh dengan kelajuan yang hampir tidak berubah.
Tiap benda terus dalam keadaan diamnya atau terus dalam keadaan gerak teraturnya dengan kelajuan tetap pada garis lurus, kecuali jika benda itu dipaksa untuk mengubah keadaannya (diam atau bergerak) oleh gaya-gaya yang dikerjakan padanya.
b.    Haruskah tak ada gaya yang bekerja agar benda terus bergerak lurus beraturan?
Tidak ada gaya yang bekerja pada suatu benda sama artinya dengan gaya yang bekerja pada benda sama dengan nol. Gaya sama dengan nol dapat dihasilkan oleh dua gaya atau lebih yang bekerja pada suatu benda, asalkan gaya-gaya itu seimbang. Syarat gaya-gaya itu seimbang dinyatakan oleh resultan gaya sama dengan nol (ditulis ).
Dengan demikian, hukum I Newton dapat juga dinyatakan dalam bahasa resultan gaya nol sebagai berikut.
Jika resultan gaya pada suatu benda sama dengan nol maka benda yang mula-mula diamakan terus diam (mempertahankan keadaan diam), sedangkan jika benda mula-mula bergerak akan terus bergerak dengan kecepatan tetap (mempertahankan keadaan bergeraknya).
            Secara matematis, hukum I Newton dinyatakan sebagai
     untuk benda diam atau benda bergerak dengan kecepatan tetap
 
                                                                                                                                    (1-2)

            Pada Gambar 1.34 ditunjukkan beberapa kasus di mana resultan gaya .
(a)   Tak ada gaya bekerja     (b) Pada benda bekerja                         (c) Pada benda bekerja gaya-
Pada benda ( ).         gaya-gaya mendatar yang                     gaya mendatar dan vertikal
                                          Seimbang ( ).                                         Yang seimbang ( ).

Gambar 1.34 Beberapa kasus di mana resultan gaya .

Tahukah kamu?
Mengapa Mobil perlu Mesin?
Ketika mobil sedang melaju dan mesinnya dimatikan, apa yang akan terjadi? Gesekan, baik oleh angin maupun permukaan jalan, akan memperlambat mobil sampai akhirnya berhenti sendiri. Jika mesin tidak mati, agar kelajuan tetap, supir harus menginjak pedal gas untuk memberi gaya maju yang seimbang dengan total gaya gesekan. Jelaskan mesin diperlukan untuk memberi gaya maju pada mobil agar mobil dapat mempertahankan kelajuannya.
Seandainya gesekan tidak ada maka mobil tidak memerlukan mesin. Untuk mengawali gerak mobil, hanya perlu orang kuat seperti Superman untuk mendorong mobil mencapai kecepatan tertentu. Begitu kecepatan ini dicapai, Superman tidak diperlukan lagi karena mobil akan terus bergerak dengan kelajuan ini. Untuk menghentikan mobil, diperlukan beberapa orang kuat untuk memberi gaya perlambatan.

2.     Hukum II Newton
Hukum I Newton berkaitan dengan gerak benda ketika resultan gaya pada benda sama dengan nol ( ). Dalam kasus ini kecepatan benda adalah tetap, dan kita katakan bahwa benda tidak mengalami percepatan (atau percepatan = 0).
Bagaimana jika pada benda bekerja sebuah gaya atau bekerja beberapa gaya yang resultannya tidak nol? Dalam kasus ini kecepatan benda akan berubah, dan kita katakan bahwa benda mengalami percepatan.
a.     Bagaimana hubungan antara percepatan dan resultan gaya?
Gambar 1.40 Menyelidiki pengaruh resultan Gaya terhadap percepatan, dengan menjaga massa benda tetap dan besar Gaya diubah-ubah.
Bayangkan kamu mendorong sebuah balok es di atas permukaan mendatar yang licin (gaya gesekan diabaikan). Satu-satunya gaya yang bekerja pada balok es adalah gaya dorongan. Misalnya ketika kamu mendorong dengan gaya P dihasilkan percepatan .

Gambar 1.40

Ketika kamu memperbesar gaya dorongmu dua kali lipat menjadi 2P, ternyata dihasilkan percepatan yang juga dua kali lipat, yaitu . Ketika kamu meningkatkan gaya dorongmu tiga kali lipat menjadi 3P, ternyata dihasilkan percepatan yang juga tiga kali lipat, yaitu , seperti ditunjukkan pada Gambar 1.40. dapatlah disimpulkan bahwa percepatan berbanding lurus dengan resultan gaya yang bekerja pada benda.
b.    Bagaimana hubungan antara percepatan dengan massa benda?
Gambar 1.41 menyelidiki pengaruh massa benda terhadap percepatan, dengan menjaga Gaya tetap dan massa diubah-ubah.
Ukuran kemampuan benda mempertahankan keadaan diam atau keadaan geraknya adalah inersia. Ini sama saja artinya bahwa percepatan benda dipengaruhi oleh inersianya; sedangkan kualitas inersia benda diukur oleh massanya. Dengan demikian, percepatan berhubungan dengan massa.


                                                                                            Gambar 1.41
Untuk menentukan hubungan percepatan dengan massa benda, gaya dorongmu harus kamu jaga tetap. Seperti kasus sebelumnya ketika kamu mendorong sebuah balok es dengan gaya P dihasilkan percepatan . Ketika massa kamu perbesar dua kali lipat, yaitu menjadi dua balok es, ternyata dihasilkan percepatan  atau  kali semula. Ketika massa kamu perbesar tiga kali lipat, yaitu menjadi tiga balok es, ternyata dihasilkan percepatan  atau  kali semula, seperti ditunjukkan pada Gambar 1.41. dapatlah disimpulkan bahwa percepatan berbanding terbalik dengan massa benda.

c.     Pernyataan hukum II Newton
Newton menggabung dua kesimpulan yang telah diberikan dan menyatakan hukum II Newton yang berbunyi sebagai berikut.
Percepatan yang dihasilkan oleh resultan gaya yang bekerja pada suatu benda berbanding lurus dengan resultan gaya, searah dengan resultan gaya, dan berbanding terbalik dengan massa benda.
Secara matematis, hukum II Newton dinyatakan sebagai

Hukum II Newton  
  atau 
                                                                
(1-3)
Gambar 1.42 Segitiga rumus Newton,  
                                                                                                               
     Hukum II Newton di atas dapat dinyatakan dalam bentuk segitiga rumus Newton, seperti ditunjukkan pada Gambar 1.42.

d.    Apa satuan SI untuk Gaya
Satuan SI untuk gaya adalah newton (disingkat N), untuk massa adalah kg, dan untuk percepatan adalah . Jika satuan-satuan ini kamu masukkan ke dalam persamaan (1-3) maka kamu dapat menyatakan Newton dalam satuan-satuan dasar.
Berdasarkan hubungan satuan di atas, kita dapat mendefinisikan 1 newton sebagai berikut.
Satuan newton (ditulis 1 N) didefinisikan sebagai gaya yang menghasilkan percepatan ketika gaya ini diberikan pada benda bermassa 1 kg.

3.     Hukum III Newton
Hukum III Newton menjelaskan bahwa munculnya gaya aksi dan reaksi. Maksudnya, jika ada sebuah gaya diberikan pada sebuah benda, maka benda tersebut akan memberikan gaya yang besar pada kita.

Contohnya sebuah benda diletakkan di permukaan datar, maka gaya berat benda tersebut akan dilawan oleh permukaan datar dengan gaya yang sama dengan berat benda tersebut.
Aksi dan reaksi sama besar dan berlawanan arah. Oleh karena itu, temanmu menyatakan bahwa kedua gaya ini akan saling meniadakan, sehingga membentuk keseimbangan. Benarkah pernyataan temanmu ini?

                                    Gambar 1.47
Jika dua benda A dan B berinteraksi, sebagai aksi adalah benda A mengerjakan gaya pada benda B (diberi lambang ). kasus ini ditunjukkan pada Gambar 1.47.
Perhatikan secara saksama, aksi  bekerja pada benda B, dan reaksi  bekerja pada benda A. jelaslah bahwa aksi dan reaksi bekerja pada dua benda yang berbeda. Aksi dan reaksi tidak pernah bekerja pada satu benda, sehingga aksi dan reaksi tidak mungkin saling meniadakan. Dengan kata lain, aksi dan reaksi tidak pernah membentuk keseimbangan. Ingat, keseimbangan terjadi antara lain jika dua gaya sama besar dan berlawanan arah bekerja pada satu benda (bukan pada dua benda berbeda).


BUNYI
A.    Spektrum bunyi
Di dalam medium yang memiliki sifat-sifat elastik dan inersia, gelombang-gelombang kompresi merambat sebagai gangguan longitudinal. Gangguan-gangguan itu terdiri atas kompresi dan regangan yang menimbulkan gaya elastik terhadap medium yang merambatkan bunyi. Melalui gaya elastik ini energi gelombang dipindahkan pada partikel-partikel medium yang berada di dekatnya. Perubahan energi ini berlangsung terus selama partikel-partikel menerima dan meneruskannya.
Daerah frekuensi terjadinya gelombang longitudinal sangat besar. Daerah frekuensi ini disebut spektrum sonik. Suatu gelombang tidak dilewatkan oleh suatu medium bila panjang gelombangnya lebih kecil dibandingkan dengan jarak antarpartikel-partikel medium-medium tersebut. Dalam medium gas jarak rata-rata antarmolekul merupakan dimensi pembatas. Jadi pada temperatur dan tekanan yang biasa batas teratas frekuensi sonik besarnya dalam orde  Hertz dalam medium gas. Dalam zat cair dan zat padat batas frekuensi atasnya lebih tinggi karena memiliki jarak antarpartikel yang lebih kecil. Kalau batas atas besarnya seperti disebutkan tadi, untuk batas bawah dari frekuensi sonik tidak ada definisi yang pasti.
Dalam spektrum sonik terletak daerah bunyi, suatu daerah frekuensi gelombang kompresi di mana telinga manusia sensitif terhadapnya. Daerah frekuensi yang bisa didengar ini disebut daerah audio, atau spektrum audio yang panjangnya dari frekuensi 20 Hertz sampai 20.000 Hertz. Gelombang kompresi yang frekuensinya di atas daerah audio disebut ultrasonik, dan yang di bawah daerah audio disebut infrasonik.
B.    Sumber bunyi
 Bunyi dihasilkan oleh gangguan rapatan dan regangan dalam suatu medium yang dapat meneruskan gangguan getaran. Energi yang dilepaskan oleh sumber getar diberikan pada partikel-partikel medium. Tiap partikel medium menerima energi dan kemudian memberikannya pada partikel medium yang ada di dekatnya.
Sumber bunyi adalah materi yang bergetar. Dalam suling sumber bunyinya adalah udara, dalam pengeras suara (loudspeaker) adalah membran, dalam gitar, biola, dan kecapi adalah kawat (snar).
C.    Perambatan bunyi
Untuk menghasilkan gelombang bunyi kita memerlukan gangguan mekanik dan medium elastik yang dapat merambatkan bunyi. Kita mendengar bunyi kebanyakan disebabkan oleh adanya gelombang bunyi yang merambat dalam udara sampai ke telinga kita. Jadi udara merupakan medium elastik yang dapat merambatkan bunyi. Udara yang dekat dengan permukaan bunyi dapat merambatkan bunyi lebih baik dibandingkan dengan udara yang jauh di atas permukaan bumi. Udara yang lebih rapat merambatkan bunyi dengan baik, sedang udara yang renggang kurang baik.
D.    Sifat-sifat bunyi
Bunyi suling berbeda dengan bunyi biola, bunyi kecapi berbeda dengan bunyi gendang. Setiap alat musik yang berbeda mengeluarkan bunyi yang berbeda-beda. Suara manusia, meskipun demikian banyaknya manusia, berbeda antara yang satu engan yang lain.
Bunyi atau suara adalah gelombang longitudinal yang merambat melalui medium. Medium atau zat perantara ini dapat berupa zat padat, zat cair, dan gas. Gelombang bunyi dapat merambat melalui batu, kayu, air, atau udara.
Kebanyakan suara adalah merupakan gabungan berbagai gelombang, tetapi suara murni secara teoritis dapat dijelaskan dengan kecepatan osilasi atau frekuensi yang diukur dalam Hertz (Hz) dan amplitudo atau kenyaringan bunyi dengan pengukuran dalam desibel.
Manusia mendengar bunyi saat gelombang bunyi, yaitu getaran di udara atau medium lain, sampai ke gendang telinga manusia. Batas frekuensi bunyi yang dapat didengar oleh telinga manusia kira-kira dari 20 Hz sampai 20 kHz pada amplitudo umum dengan berbagai variasi dalam kurva responsnya. Suara di atas 20 kHz disebut ultrasonik dan di bawah 20 Hz disebut infrasonik.
Fenomena yang menarik adalah ketika kita berada di sebuah goa, dan kita berteriak kemudian ada suara yang sama dengan suara kita bersahut-sahutan itu adalah gema. Gema terjadi jika bunyi dipantulkan oleh suatu permukaan, seperti tebing pegunungan, dan kembali kepada kita segera setelah bunyi asli dikeluarkan. Bunyi adalah gelombang longitudinal yang merambat melalui medium. Medium atau zat perantara ini dapat berupa zat padat, zat cair, dan zat gas. Gema adalah gelombang pantul/reaksi dari gelombang yang dipancarkan bunyi.

EFEK DOPPLER
Kalau kita berdiri di tepi jalan, kita sering mendengar bunyi klakson mobil yang lewat berubah-ubah tingginya. Waktu mobil mendekati kita bunyi klaksonnya bertambah tinggi, sedang waktu mobil menjauhi kita bunyi klaksonnya bertambah rendah. Hal ini berarti, bila sumber bunyi mengeluarkan gelombang bunyi dengan frekuensi tetap mendekati kita maka frekuensi yang kita terima lebih tinggi daripada frekuensi bunyi yang keluar dari sumber. Sebaliknya, frekuensi yang kita terima waktu sumber menjauhi kita lebih rendah daripada frekuensi yang dikeluarkan sumber. Hal yang sama terjadi juga bila sumber bunyi diam, sedang pendengar bergerak mendekati atau menjauhinya.

Efek Doppler adalah perubahan frekuensi dari sebuah sumber gelombang yang diterima oleh pendengar akibat gerakan dari sumber dan pendengar. Fenomena ini terjadi ketika sumber bunyi dan pengamat melakukan sebuah gerak tertentu (tetapi tidak selalu keduanya harus bergerak). Contohnya, seorang pendengar berjalan dengan kecepatan  sedangkan sumber bunyi dengan kecepatan . Maka persamaan frekuensi yang didengar oleh pendengar adalah sebagai berikut:
Dengan catatan bahwa v adalah kecepatan suara. Tanda ( ) pada persamaan menyatakan bahwa arah kecepatan pendengar dan sumber sangat berpengaruh. Jika pendengar mendekat maka kecepatan pendengar (+), sebaliknya jika pendengar menjauh maka kecepatan pendengar negatif (-). Berbeda dengan sumber. Jika sumber mendekat kecepatan sumber (-), sedangkan pada saat sumber menjauh kecepatan sumber akan positif (+).


CAHAYA
            Dalam modul Gelombang dan Bunyi kita telah membahas sifat-sifat umum dari gelombang sebagai berikut:
1.     Dalam suatu medium yang homogen, gelombang merambat lurus.
2.     Pemantulan gelombang terjadi pada batas suatu medium.
3.     Pembiasan gelombang bisa terjadi bila lajunya berubah.
4.     Difraksi gelombang terjadi bila gelombang melewati celah sempit.
Cahaya yang merupakan gelombang elektromagnet memiliki sifat-sifat umum gelombang tadi. Berbeda dengan gelombang air dan gelombang bunyi, gelombang cahaya tidak memerlukan materi untuk merambatnya. Keteraturan pemantulan cahaya pada permukaan yang halus telah lama diketahui, sejak zaman Plato 24 abad yang lalu. Pembiasan cahaya yang terjadi pada batas antara dua medium diamati pada abad kedua di Yunani. Pada abad kesepuluh seorang ahli matematika Arab, Alhazen (965-1039), dapat menunjukkan bahwa cahaya yang keluar dari suatu medium memasuki medium kedua yang rapat optiknya berbeda mengalami pembiasan. Dia merasa yakin bahwa ada hubungan antara sudut datang dan sudut bias, tapi tidak bisa menyatakan hubungannya. Hukum ini yang sekarang dikenal dengan nama hukum Snellius, yang baru diketemukan 6 abad kemudian.
1.     Cahaya merambat lurus
Konsep ini dijelaskan dengan penalaran berikut. Bila kita melemparkan bola, maka bola itu bergerak melalui lintasan yang berbentuk lengkung. Bila bola dilempar lagi dengan kecepatan yang lebih tinggi maka kelengkungan lintasannya makin berkurang. Makin tinggi kecepatan bola makin lurus pula lintasannya. Karena cahaya merupakan partikel-partikel yang sangat kecil dan bergerak dengan sangat cepat maka lintasannya pun akan merupakan garis lurus. Bukti dari teori ini misalnya cahaya matahari yang masuk ke dalam rumah melalui lubang di dinding, atau melalui jendela, tampak lurus.
2.     Pemantulan
Bila cahaya jatuh pada permukaan yang halus, misalnya cermin, kita tahu bahwa cahaya itu dipantulkan dengan teratur. Hal yang sama terjadi pula pada partikel. Bola baja (kelereng) yang bergerak lurus menumbuk dinding keras yang rata akan dipantulkan dengan teratur seperti cahaya.
Cahaya yang jatuh pada suatu permukaan benda mengalami dua peristiwa, sebagian diteruskan ke dalam benda yang dikenainya, dan sebagian lagi dipantulkan kembali. Banyaknya cahaya yang diteruskan dan dipantulkan bergantung pada sifat benda yang dikenainya. Ada yang meneruskan cahaya lebih banyak dari yang dipantulkannya, dan ada juga yang memantulkan daripada meneruskannya.
Perbandingan dari jumlah cahaya yang dipantulkan terhadap cahaya yang jatuh pada suatu permukaan disebut reflektans, dan biasanya dinyatakan dalam persen (%). Benda yang paling banyak memantulkan cahaya adalah oksida magnesium yang memantulkan 98% dari cahaya yang jatuh padanya. Permukaan perak yang halus memiliki reflektans sekitar 95%, dan beberapa permukaan hitam memiliki reflektans sekitar 5%.
Pemantulan cahaya oleh suatu permukaan benda, dilihat dari arah pantulannya bergantung pada keadaan permukaan benda tersebut. Permukaan yang rata dan memantulkan cahaya dengan teratur, sedangkan permukaan benda yang kasar memantulkan cahaya dalam arah yang tidak teratur. Karena keadaan permukaan benda maka ada pemantulan teratur ada pemantulan tidak teratur, atau pemantulan baur.
Pemantulan Teratur                                            Pemantulan Baur
Pemantulan teratur dimanfaatkan oleh manusia misalnya pada cermin sehingga kita tampak jelas dalam cermin seperti aslinya.
Cermin
Cermin adalah permukaan yang licin dan dapat menciptakan pantulan sehingga membentuk bayangan.
Cermin datar
Cermin datar adalah cermin yang berbentuk datar. Dua buah cermin datar saling membentuk sudut A (lancip) satu sama lain. Maka akan terbentuk bayangan sebanyak n. Secara matematis n dirumuskan.
 Bila seberkas cahaya jatuh pada cermin, maka cahaya tersebut dipantulkan kembali. Sinar cahaya yang jatuh tegak lurus permukaan cermin dipantulkan dan berimpit dengan sinar datang. Bila sinar datang dari sebelah kiri, sinar pantulnya miring ke kanan, dan sebaliknya bila sinar datang dari sebelah kanan maka sinar pantulnya miring ke kiri.

3.     Pembiasan
 Pembiasan adalah peristiwa membeloknya cahaya karena melewati dua medium yang berbeda. Hukum yang menjelaskan tentang pembiasan adalah hukum Snellius.
Hukum Pembiasan Snellius:
1.     Sinar datang, garis normal, dan sinar bias berpotongan pada satu titik dan berada pada suatu bidang datar.
2.     Hubungan sudut datang dan sudut bias dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut.
Bila seberkas cahaya jatuh ke permukaan air dan udara, sebagian akan dipantulkan ke udara kembali dan sebagian lagi terus masuk ke dalam air. Karena air memiliki kerapatan optik lebih besar daripada udara maka laju cahaya dalam air lebih rendah daripada laju cahaya dalam udara. Bila cahaya tadi jatuh ke permukaan air dengan sudut datang tidak sama dengan nol, maka cahaya itu akan membelok mendekati normal. Peristiwa ini disebut pembiasan optik. Pembiasan optik adalah pembelokan berkas cahaya yang masuk dari suatu medium ke medium kedua, yang rapat optiknya berbeda, dalam arah tidak tegak lurus.
Adanya peristiwa pembiasan menyebabkan dasar kolam renang nampak lebih dangkal dari yang sebenarnya, ikan dalam kolam nampak lebih dekat ke permukaan, tongkat yang dicelupkan ke dalam air nampak patah atau nampak lebih pendek dari yang sebenarnya.
                            (a)                                    (b)                                     (c)
PESAWAT SEDERHANA
Setiap hari kamu pasti selalu melakukan usaha. Ada yang mudah dan ada pula yang sulit. Oleh karena itu, kadang-kadang kamu memerlukan suatu alat sederhana yang dapat membantumu melakukan usaha. Alat itu disebut dengan pesawat sederhana. Misalnya, kamu akan menancapkan paku pada kayu, tentu akan sulit tanpa palu. Begitu pula ketika kamu akan membuka baut, akan kesulitan apabila tanpa bantuan kunci pembukanya. Pesawat sederhana banyak sekali jenisnya dan semuanya dibuat untuk memudahkan kamu melakukan usaha. Prinsip kerja pesawat sederhana dikelompokkan menjadi beberapa bagian, di antaranya tuas, katrol, dan bidang miring. Marilah kita bahas satu persatu.

1. Tuas
Beberapa anak yang sedang bermain Jungkat-jungkit. Jungkat-jungkit adalah sejenis pesawat sederhana yang disebut pengungkit atau tuas. Tuas memiliki banyak kegunaan, di antaranya adalah untuk mengangkat atau memindahkan benda yang berat.
Tuas yang digunakan orang untuk memindahkan sebuah batu yang berat. Berat beban yang akan diangkat disebut gaya beban ( ) dan gaya yang digunakan untuk mengangkat batu atau beban disebut gaya kuasa ( ). Jarak antara penumpu dan beban disebut lengan beban ( ) dan jarak antara penumpu dengan kuasa disebut lengan kuasa ( ).
.  = .
Hubungan antara besaran-besaran tersebut menunjukkan bahwa perkalian gaya kuasa dan lengan kuasa ( ) sama dengan gaya beban dikalikan dengan lengan beban ( ). Artinya besar usaha yang dilakukan kuasa sama dengan besarnya usaha yang dilakukan beban. Oleh sebab itu, pada tuas berlaku persamaan sebagai berikut:


dengan:
    = gaya kuasa (N)
    = gaya beban (N)
     = lengan kuasa (m)
     = lengan beban (m)

Keuntungan pada pesawat sederhana disebut Keuntungan Mekanis (KM). Secara umum keuntungan mekanis didefinisikan sebagai perbandingan gaya beban dengan gaya kuasa sehingga keuntungan mekanis pada tuas atau pengungkit bergantung pada panjang masing-masing lengan. Semakin panjang lengan kuasanya, semakin besar keuntungan mekanisnya. Secara matematis keuntungan mekanis ditulis sebagai berikut:

Berdasarkan letak titik tumpunya, tuas atau pengungkit diklasifikasikan menjadi tiga golongan, yaitu sebagai berikut:
a.     Tuas Golongan Pertama
Titik tumpu berada di antara titik beban dan titik kuasa. Contohnya gunting, tang, pemotong, gunting kuku, dan linggis.
b.    Tuas Golongan Kedua
Titik beban berada di antara titik tumpu dan titik kuasa. Contoh tuas jenis ini, di antaranya adalah gerobak beroda satu, pemotong kertas, dan pelubang kertas.
c.     Tuas Golongan Ketiga
Titik kuasa berada di antara titik tumpu dan titik beban. Contoh tuas jenis ini adalaah lengan, alat pancing dan sekop.

2. Katrol

Katrol digunakan untuk mengambil air atau mengangkat beban yang berat. Katrol merupakan pesawat sederhana yang dapat memudahkan melakukan usaha. Katrol dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu katrol tetap, katrol bergerak, dan katrol berganda.

a. Katrol Tetap
Bagian-bagian katrol tetap diperlihatkan pada gambar berikut:

keterangan:
    = gaya beban
    = gaya kuasa
     = AO = lengan beban
     = OB = lengan kuasa
Katrol berfungsi untuk membelokkan gaya sehingga berat beban tetap sama dengan gaya kuasanya tetapi dapat dilakukan dengan mudah. Keuntungan mekanis katrol tetap sama dengan satu. Katrol tetap digunakan untuk menimba air.
.  = .
Oleh karena
 =
 =
sehingga keuntungan mekanisnya adalah 1

b. Katrol Tunggal Bergerak
Prinsip katrol tunggal bergerak hampir sama dengan tuas jenis kedua, yaitu titik beban berada di antara titik tumpu dan titik kuasa. Dengan demikian, berlaku persamaan sebagai berikut:  =
Jadi, keuntungan mekanis katrol tunggal bergerak adalah 2

c. Katrol Majemuk atau Katrol Berganda
Manusia selalu berusaha mencari tahu bagaimana caranya agar benda-benda yang relatif besar dan berat dapat diangkat dengan kerja yang dilakukan lebih mudah. Dengan prinsip katrol bergerak, hal tersebut mudah dilakukan. Katrol majemuk merupakan gabungan dari beberapa katrol sehingga kerja yang dilakukan semakin mudah.
Keuntungan mekanis dari katrol majemuk bergantung pada banyaknya tali yang dipergunakan untuk mengangkat beban. Pada Gambar di bawah ini dapat kamu lihat empat tali digunakan untuk mengangkat beban. Jadi, keuntungan mekanisnya sama dengan 4. Jika kamu akan mengangkat beban 100 N, cukup dengan gaya 25 N saja benda sudah terangkat.

3. Bidang Miring
Ketika di pasar, mungkin kamu p\ernah melihat orang yang sedang menaikkan drum berisi minyak ke atas sebuah truk. Pesawat sederhana apakah yang mereka gunakan? Bidang miring merupakan alat yang sangat efektif untuk memudahkan kerja.
Keuntungan mekanis bidang miring bergantung pada panjang landasan bidang miring dan tingginya. Semakin kecil sudut kemiringan bidang, semakin besar keuntungan mekanisnya atau semakin kecil gaya kuasa yang harus dilakukan. Keuntungan mekanis bidang miring adalah perbandingan panjang (l) dan tinggi bidang miring (h).
Dalam kehidupan sehari-hari, penggunaan bidang miring terdapat pada tangga, lereng gunung, dan jalan di daerah pegunungan. Semakin landai tangga, semakin mudah untuk dilalui. Sama halnya dengan lereng gunung, semakin landai lereng gunung maka semakin mudah untuk menaikinya, walaupun semakin jauh jarak tempuhnya. Jalan-jalan di pegunungan dibuat berkelok-kelok dan sangat panjang. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan keuntungan mekanis yang cukup besar agar kendaraan dapat menaikinya dengan mudah.

a. Baji
Baji adalah pesawat sederhana yang prinsip kerjanya sama dengan bidang miring. Baji merupakan dua bidang miring yang disatukan. Baji terbuat dari bahan keras, misalnya besi atau baja. Baji digunakan untuk membelah kayu, membelah batu, atau benda keras lainnya. Semakin tipis bentuk baji, semakin mudah kerja yang dilakukan.

b. Sekrup
Sekrup adalah alat yang digunakan untuk memudahkan kerja. Sekrup merupakan bidang miring yang dililitkan pada sebuah tabung sehingga lilitannya berbentuk spiral. Jarak antara ulir-ulir lilitan sekrup disebut interval sekrup. Untuk membuktikan bahwa sekrup merupakan penerapan bidang miring, kamu bisa mempraktikkan cara berikut. Buatlah bidang miring dengan kertas, lalu gulung kertas tersebut pada sebuah pensil. Bagaimanakah hasilnya?
Pesawat sederhana yang sering kamu jumpai dalam kehidupan sehari-hari yang prinsip kerjanya berdasarkan sekrup adalah dongkrak mobil mekanik, paku ulir, dan baut.
TATA SURYA
A.    Teori Terbentuknya Tata Surya
1.     Teori keadaan tetap (Steady-State Theory)
Teori ini menyatakan bahwa alam semesta terjadi pada suatu saat tertentu yang telah lalu dan segala sesuatu di alam semesta selalu tetap sama walaupun galaksi-galaksi saling bergerak menjauhi satu sama lain. Teori ini didukung oleh fakta bahwa, galaksi baru mempunyai jumlah yang sebanding dengan galaksi lama. Teori ini menyatakan bahwa tiap-tiap galaksi terbentuk (lahir), tumbuh, menjadi tua dan akhirnya mati. Maka, teori ini beranggapan bahwa alam semesta itu tidak terhingga besarnya dan tak terhingga tuanya (tanpa awal dan tanpa akhir).
Teori ini banyak dianut sekitar abad ke-19 oleh paham Atheis yang cenderung tidak mengenal adanya Sang Pencipta. Namun ilmu pengetahuan dan teknologi pada abad ke-20 telah meruntuhkan paham mereka mengenai penciptaan alam semesta. Hasil penemuan menguatkan bahwa alam semesta selalu mengembang (ekspansi) dan menipis (kontraksi). Maka, harus ada ledakan yang memulai adanya pengembangan, untuk selanjutnya hasil penemuan ini mengawali pemikiran asal usul tata surya pada Teori Big-bang.

2.     Teori ledakan besar (Big-Bang Theory)
Teori ini berasumsi bahwa adanya massa yang sangat besar dan mempunyai massa jenis yang sangat besar, karena adanya reaksi inti kemudian meledak dengan hebat. Massa tersebut kemudian mengembang dan dengan cepat menjauhi pusat ledakan. Massa tersebut terserak, masing-masing serakan massa tersebut menjauhi pusat ledakan dan setelah berjuta-juta tahun, massa-massa yang terserak tersebut membentuk kelompok-kelompok galaksi yang kita kenal sekarang. Kelompok-kelompok galaksi ini terus bergerak menjauhi titik pusatnya. Teori ini didukung oleh hasil pengamatan para ilmuwan yang menunjukkan bahwa galaksi-galaksi tersebut memang bergerak menjauhi titik pusat yang sama. Teori ini banyak dianut oleh para ilmuwan abad ke-20.
B.    Sistem Tata Surya
Tata surya didefinisikan sebagai kumpulan benda langit yang terdiri dari Matahari dan semua objek yang terikat oleh gaya gravitasinya (baik itu planet, planet kerdil, bulan, asteroid dan komet). Di tata surya ada 8 planet, yaitu antara lain: Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Yupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus. Di tata surya juga terdapat 5 planet kerdil seperti Ceres, Pluto, Haumea, Makemake, dan Eris. Selain itu juga di tata surya terdapat 173 bulan, dan jutaan benda-benda angkasa lain seperti meteor, asteroid, dan komet.
Planet adalah benda langit yang tidak memancarkan cahaya sendiri. Setiap planet diikuti oleh benda langit yang lebih kecil, disebut satelit. Contohnya adalah bulan. Bulan adalah satu-satunya satelit bumi. Bulan bergerak mengitari bumi. Dari 8 planet di dalam tata surya, hanya Merkurius  dan Venus yang tidak memiliki satelit.
C.    Pengaruh Rotasi dan Revolusi Bumi
Semua planet dalam susunan tata surya melakukan gerak rotasi dan revolusi. Bumi berotasi selama 24 jam dengan arah dari barat ke timur. Gerak ini menyebabkan peristiwa siang dan malam.
Akibat rotasi yang lain adalah adanya perbedaan waktu antara bagian-bagian belahan bumi. Berdasarkan rotasinya, bumi dibagi menjadi 24 daerah waktu. Bumi dibagi pula dalam beberapa wilayah meridian. Garis bujur meridian adalah garis lingkar yang melewati kutub utara dan kutub selatan. Masing-masing daerah waktu meliputi  bujur.
Perbedaan waktu antara daerah waktu yang bersebelahan adalah 1 jam, dan yang menjadi pangkal perhitungannya adalah waktu di Greenwich. Greenwich adalah nama sebuah kota di inggris yang letaknya pada garis meridian . Waktu ini dinamakan waktu GMT (Greenwich Mean Time). Misalnya, wilayah Indonesia bagian Barat, letaknya pada garis bujur BT, memiliki waktu lokal GMT + 7 jam. Jadi, kalau di Greenwich pukul 06.00, berarti di Jakarta pukul 06.00 + 7 jam. = 13.00.
Selain bumi berotasi, bumi juga mengalami proses revolusi di mana mengelilingi matahari pada lintasannya dalam satu putaran selam 365,5 hari. Bulan melakukan tiga gerakan sekaligus, yaitu;
1.     Berotasi; berputar pada porosnya
2.     Berevolusi; beredar mengelilingi bumi, atu putaran lamanya 29,5 hari
3.     Bersama-sama dengan bumi beredar mengelilingi matahari.
Akibat revolusi bumi antara lain adalah terjadinya pergantian musim. Sedangkan gerakan bulan mengakibatkan bulan terlihat berubah-ubah bentuknya jika dilihat dari bumi.
Gerhana Matahari dan Gerhana Bulan
Gerhana bulan dan gerhana matahari merupakan satu peristiwa alam yang terjadi akibat adanya gerakan bumi dan bulan mengelilingi matahari. Gerakan-gerakan tersebut menyebabkan posisi bumi, bulan, matahari berubah-ubah.
Gerhana bulan terjadi saat matahari-bumi-bulan terletak pada garis lurus. Pada saat itu bulan tidak mendapat cahaya dari matahari karena terhalang oleh bumi. Gerhana bulan biasnya terjadi pada malam hari dan saat bulan purnama.
Gerhana matahari terjadi saat matahari-bulan-bumi terletak pada satu garis lurus. Gerhana matahari terjadi jika siang hari. Pada saat itu matahari terhalang oleh bulan sehingga di daerah yang mengalami gerhana matahari akan menjadi gelap.
D.    Pengaruh Rotasi dan Revolusi Bumi Terhadap Kehidupan Manusia
1.     Pergantian Musim
Selama bulan berevolusi, terjadi perubahan letak kutub bumi terhadap matahari. Perubahan letak kutub inilah yang menyebabkan terjadinya pergantian musim dan lamanya waktu siang dan malam yaitu:
a.     Tanggal 21 Maret sampai 21 Juni, kutub utara bumi makin condong ke arah  matahari sehingga belahan bumi utara mengalami musim semi sedangkan belahan bumi selatan mengalami musim gugur. Dibelahan bumi utara waktu siangnya lebih panjang daripada malam.
b.    Tanggal 21 Juni sampai 23 September, kutub utara bumi berkurang kecondongannya terhadap matahari, sehingga belahan bumi utara mengalami musim panas dan belahan bumi selatan mengalami musim dingin. Di belahan bumi utara waktu siangnya sedikit berkurang, tetapi tetap lebih panjang daripada malam.
c.     Tanggal 23 September sampai 21 Desember, kutub utara bumi makin menjauhi matahari, sehingga belahan bumi utara mengalami musim semi. Di belahan bumi utara waktu siangnya lebih pendek daripada malam.
d.    Tanggal 21 Desember sampai 21 Maret, kutub utara bumi kembali condong mendekati matahari, sehingga belahan bumi utara mengalami musim dingin dan belahan bumi selatan mengalami musim panas. Di belahan bumi utara waktu siangnya makin panjang tetapi masih tetap lebih pendek daripada malam.
e.     Bagian bumi di antara LU dan LS hanya mengalami pergantian dua musim. Bagian ini hanya mengalami pergantian dua musim karena posisinya terhadap matahari relatif stabil. Sedangkan di kutub utara dan kutub selatan, lamanya siang dan malam tidak pernah sama dalam setahun.

2.     Pasang air laut
Pasang surut air laut terjadi karena adanya gaya gravitasi bulan dan matahasi terhadap bumi. Tetapi karena jarak bulan ke bumi lebih dekat daripada jarak matahari dan bumi, maka gaya gravitasi bulan lebih banyak berpengaruh.
Dalam masa revolusi bulan mengelilingi bumi (satu bulan), terjadi dua pasang purnama dan dua pasang perbani. Pasang purnama adalah pasang yang terjadi ketika posisi bulan, bumi, dan matahari segaris. Oleh karena itu, pasang purnama terjadi pada saat bulan purnama dan bulan baru. Pasang purnama dan matahari memberikan gaya gravitasi dengan arah yang sama terhadap bumi.

Pasang perbani terjadi ketika bulan, bumi, dan matahari membentuk sudut , yaitu pada saat bulan seperempat. Pasang perbani ditandai dengan adanya pasang terkecil.

3.     Pergerakan Arah Angin
Gerakan rotasi bumi menyebabkan udara yang ada di sekeliling bumi juga ikut bergerak. Rotasi bumi bergerak searah jarum jam, dari timur ke barat. Jadi, jika udara yang bergerak dari utara ke selatan di daerah khatulistiwa, maka udara tersebut akan dibelokkan ke arah barat. Makin mendekati kutub, arah pergerakan angin tidak banyak berubah. Makin mendekati garis khatulistiwa, maka arah pergerakan angin makin banyak dibelokkan. Hal ini karena gerakan rotasi bumi di daerah khatulistiwa relatif lebih cepat dibandingkan di kutub.



DAFTAR PUSTAKA

Kanginan, Marthen, IPA FISIKA untuk SMP Kelas VIII, Jakarta: Erlangga, 2002.
Prasodjo, Budi, dkk, Fisika SMP Kelas VIII, Jakarta: Yudhistira, 2010.
Sugiyono, Vany, Fisika Menyongsong OSN SMP, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010.
Wijaya, Agung, dkk, Cerdas Belajar IPA untuk SMP/MTs Kelas VIII, Jakarta: Grasindo Gramedia Widiasarana Indonesia, 2009.
Wirasasmita, Omang, dkk, Pendidikan IPA 3, Jakarta: Universitas Terbuka, 1994.
Zulfiani, Ilmu Pengetahuan Alam, Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama Republik Indonesia, 2009.

2 komentar:

  1. Wah, IPAlagi nieh.. sipp.. blognya bagus.. visit punyaku juga ya?
    tinggalin komen gitu.. :D

    BalasHapus
  2. Terimakasih..
    masih pemula banget, Akhi..

    Oke..

    BalasHapus